Kamis, 04 Desember 2008

DALIL MENGGUNAKAN "SAYYIDINA" DALAM MENYEBUT NABI MUHAMMAD SAW

Al-Qur'an Surat AnNur ayat 63 (QS 24:63)


"Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain)". Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.

Kata "kamu" yang dimaksud dalam ayat diatas adalah sahabat Rasul, orang muslim atau umat Nabi Muhammad SAW, bukan orang munafik atau orang kafir/musyrik Qurais.

Karena saat itu orang kafir/musyrik Qurais memanggil Rosul dengan sebutan yang merendahkan Nabi Muhammad SAW.

Dalam ayat diatas dapat ditafsirkan bahwa janganlah kamu memanggil Rasul atau Nabi sama seperti kita memanggil teman kita sendiri.
Misalkan kita punya teman namanya "Budi", lalu kita menyapa : Budi apa khabar?, atau Pak Budi, Mas Budi atau Dik Budi apa khabar? Itu kepada teman kita.

Lalu bagaimana cara memanggil atau menyebut Nabi/Rasul? Caranya ya jangan seperti kita menyebut/memanggil teman kita seperti diatas:

1. Bisa menggunakan kata-kata "sayyidina" didepan namanya, misalkan sayyidina Muhammad SAW. Contohnya :Allahumma salli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala ali sayyidina Muhammad.

“Aku junjungan (sayyid) bagi semua anak-cucu Adam as, dan aku mengatakannya tanpa kesombongan” …diriwayatkan oleh al-Syaykhâni (al-Bukhârî dan Muslim)


2. Atau menggunakan kata-kata "Rosulullah" didepan namanya, atau dibelakang namanya, misalkan 'Rosulullah Muhammad SAW' atau 'Muhammad Rosulullah'

Contohnya :Allahumma salli 'ala Rosulillah Muhammad SAW wa 'ala alihi wa shohbihi wa dhurriyyaatihi.

Contoh lain : Dalam dua kalimat syahadat (yang sering digunakan untuk adzan dan iqamah) "Asyhadu anlaa ilaaha illaloh, wa asyhadu anna Muhammad-'Rasulullah'.

Lantas bagaimana mengucapkan sholawat nabi di dalam sholat?, sebagaimana hadist nabi : Sholatlah kalian sebagaimana (kalian) melihat aku sholat (HR Bukhori, Muslim, Ahmad).
Bukankah Nabi sendiri didalam sholat ketika membaca sholawat menyebut nama beliau sendiri tanpa menggunakan sayyidina?

Untuk kasus ini kita harus tahu diri, harus ngaca diri artinya tahu siapa diri kita dan tahu siapa nabi. Disini kita harus menggunakan akal pikiran logika kita, kita harus tahu adab dan sopan santun terhadap nabi.

....dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (QS 10:100)

Seseorang saja kalau dia keturunan ningrat, bangsawan atau masih ada keturunan darah biru terkadang orang itu mencantumkan gelar kebangsawanannya misalkan "raden", "roro", "tubagus" dll di depan namanya.

Kembali ke dalil, sekali lagi bahwa dalil AlQur'an adalah dalil tertinggi, jika ada hadist nabi yang bertentangan atau seolah-olah bertentangan dengan dalil AlQur'an maka kita harus tetap berpedoman pada dalil AlQur'an.


INGAT: PENGHORMATAN BUKAN BERARTI PENYEMBAHAN ATAU PENGKULTUSAN


Wa Allahu 'alam
Mohon maaf jika ada kesalahan.

6 komentar:

Unknown mengatakan...

salam kenal, dari cilegon juga nieh, mampir ya ke blog ane....

agus mustofa mengatakan...

Salam kenal juga, iya saya juga berdomisili di sekitar cilegon, Ok akan saya kunjungi blog anda, terima kasih atas kunjungannya

Wass.

Anonim mengatakan...

MAS AGUS MUS APIIK .MOGA2 bisa bermanfaat tks

Anonim mengatakan...

MAS AGUS KALO BISA , TAMPILKAN ILMU FISIKA, ELEKTRONIKA n PLC ATO, AGAMA SUWUUUNN

agus mustofa mengatakan...

Terima kasih banyak atas komentar dan sarannya, Insya Allah kedepan nanti saya akan tampilkan tema yang lebih menarik lagi.

O ya, ngomong2 anda siapa n tinggal dimana ya?

Salam

Unknown mengatakan...

betul sampean mas, sebagai muslimin juga hrz tau adat istiadat,,,,istilah jowo ne unggah unggoh,